Bagi para peneliti kuantitatif pertama-tama harus berpikir bagaimana cara memperoleh data seakurat mungkin dari subjek penelitian sehingga data-data itu dapat dipertanggungjawabkan. Hal itu membawa konsekuensii bahwa instrument yang digunakan untuk menjaring, mengungkap, menyadap, mengukur dan lain-lain yang sejenis harus dapat dipertanggungjawabkan. Artinya instrument tersebut haruslah memiliki kualifikasi tertentu yang memenuhi persyaratan ilmiah. Untuk instrument-instrumen seperti berbagai alat tes keberhasilan belajar, misalnya yang berkaitan dengan ranah kognitif dan pertanyaan-pertanyaan untuk angket, misalnya yang berhubungan dengan masalah afeksi, nilai-nilai dan kecenderungan-kecenderungan, persyaratan kualifikasi itu paling tidak meliputi aspek validitas dan reliabilitas butir-butir pertanyaan.
A. Validitas
Validitas (validity, kesahihan) berkaitan dengan permasalahan “apakah instrument yang dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat sesuatu yang akan diukur tersebut?” Secara singkat dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.
Ada sejumlah cara untuk mempertimbangkan kadar validitas sebuah instrument yang secara garis besar dapat dibedakan ke dalam dua kategori. Kategori pertama adalah validitas yang pertimbangannya lewat analisis rasional, sedang kategori kedua berdasarkan analisis data empiric. Janis validitas yang termasuk dalam kategori pertama adalah validitas isi dan validitas konstruk, sedang jenis validitas yang tergolong kategori kedua adalah validitas sejalan, validitas criteria dan validitas ramalan.
Validitas isi (content validity) adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrument dengan tujuan dan deskripsi bahan yang diajarkan atau deskripsi masalah yang akan diteliti. Untuk mengetahui kesesuaian kedua hal itu, penyusunan instrument haruslah mendasarkan diri pada kisi-kisi yang sengaja disiapkan untuk tujuan itu. Sebelum kisi-kisi dijadikan pedoman penyusunan butir-butir soal instrument, terlebih dahulu harus telah ditelaah dan dinyatakan baik. Setelah butir-butir pertanyaan disusun, mereka juga harus ditelaah dengan mempergunakan criteria tertentu disamping disesuaikan dengan kisi-kisi. Penelaah harus dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan, atau biasa dikenal dengan istilah expert judgment.
Validitas konstruk (construct validity) mempertanyakan apakah butir-butir pertanyaan dalam instrument itu telah sesuai dengan konsep keilmuan yang bersangkutan. Sebagaimana halnya dalam validitas isi, butir-butir pertanyaan juga perlu ditelaah oleh orang yang ahli di bidang yang bersangkutan. Dengan kata lain uji validitas konstruk dilakukan dengan cara expert judgment.
Jenis validitas kedua yang bersifat empiric memerlukan data-data di lapangan dari hasil uji coba yang berwujud data kuantitatif. Validitas sejalan (concuren validity) mempertanyakan apakah kemampuan dan atau karakteristik subjek penelitian dalam suat bidang sesuai dengan kemampuan dan atau karakteristiknya terhadap bidang-bidang lain yang sejenis. Misalnya, kemampuan apresiasi sastra sejalan dengan kemampuan membaca karena keduanya membutuhkan persyaratan kemampuan membaca. Untuk itu perlu dilakukan dua kali pengukuran dalam dua bidang yang sejenis tersebut kepada subjek penelitian yang sama. Hasilnya dianalisis dengan teknik korelasi product moment.
Validitas ramalan (predictive validity) mempertanyakan apakah penampilan dan atau unjuk kerja subjek penelitian yang sekarang dapat dipergunakan untuk meramalkan penampilan dan atau unjuk kerja di waktu mendatang setelah mereka menempuh pendidikan selama waktu tertentu. Misalnya apakah hasil tes masuk UMPTN dapat dipergunakan untuk meramalkan tingkat keberhasilan calon setelah mereka mejadi mahasiswa. Hal itu dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor masuk UMPTN dengan IP setelah mahasiswa berkuliah selama satu tahun. Jika hasilnya berkorelasi secara positif dan signifikan, alat tes UMPTN itu dapat dinyatakan valid.
B. Reliabilitas
Reliabilias menunjuk pada pengertian sebuah instrument dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Kata kunci untuk syarata kualifikasi suatu instrument pengukur adalah konsistensi, keajegan atau tidak berubah-ubah. Misalnya, alat ukur berupa penimbang berat dengan satuan gram, ons dan kilogram dapat dipergunakan secara konsisten untukmengukur satuan berat sesuatu oleh siapapun dan kapanpun. Jadi, alat ukur tersebut dinyatakan sebagai alat pengukur yang reliabel.
Sebaliknya, jika untuk mengukur satuan berate dengan dijinjing dengan tangan, misalnya dengan membandingkan anatara jinjingan pertama, kedua dan seterusnya, hasil satuan berat yang diperoleh tidak dapat dipertanggungjawabkan karena jinjingan itu sendiri tidak dapat dirasakan secara konsisten dan selisih berat yang relative kecil. Jadi, alat pengukuran berat suatu benda yang diperoleh dengan cara menjinjing tidak dapat dinyatakan reliabel. Data-data hasil penelitian yang akan diolah dengan suatu teknik statistic yang diperoleh lewat pengukuran, instrument pengukuran yang dipergunakan harus memenuhi syarat reliabilitas.
Nurgiyantoro, Burhan. Gunawan. Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bersponsor Prioritas | 087739383777 | Judul Sesuai Request |
============================================
============================================
============================================
============================================
============================================